
Biasanya waktu sengang dalam kerjaan, jemari saya asyik dihabiskan mengunjungi mbah google. Berselancar kesana kemari, mengisi ruang hampa dengan berbagai deretan-deratan pengetahuan yang disodorkan oleh blog maupun website, Dan seolah menjadi ritual rutin ketika mata sudah mulai menolak untuk merunut jejalan-jejalan tulisan yang ada, facebook menjadi ajang pembantaian terakhir rasa bosan saya pasca berselancar kemana-mana. Dan makin lamalah saya terpekur di kursi kerja.
Saking seringnya, seorang teman pernah sewot dengan ulah saya. Mungkin karena jengah dengan ritual genit jari-jari yang selalu mengutak utik wall, kotak chat atau di kotak koment yang melintas di facebook.
“halaaah ngapain hari gini masih berfacebook ria… ga bosen lo..” semburnya pedas
“ga taulah.. Facebook yang bosen ma gue kali” tukas saya sekenanya, alih- alih biar tak kelihatan mati kutu dengan semburan kritik yang dilemparkannya. Tapi seolah ingin melawan, jari-jari tetap berchat ria dengan salah satu temen yang kebetulan menemani saya online di lain tempat.
“Lo tau ga bro… Facebook sekarang makin ga menarik.. dan juga mesti lo tau kalo pengguna FB tu banyak dari kalangan bawah.. ga intelek, beda dengan Twitter lo banyak mendapatkan info terbaru yang berasal dari orang yang lo kagumi “ demikian terangnya sembari mendaratkan pantatnya di meja kerja saya. Membuat saya harus sesegera mungkin mengakhir dialog saya dengan teman FB, dan seterusnya terlibat dalam obrolan dengan kawan bertubuh kucit itu.
“ ooh Twitter tu lebih hebat yo dari facebook..bukankah mereka sama-sama jejaring social bro?” pancing saya
“ jelas beda laah... di twitter ada banyak informasi-informasi yang bisa lo update dan lo share ke mereka.. lebih simple dan yang paling penting twitter tak ubahnya berita mini. Causebanyak media cetak dan elektronik yang aktif di Twitter. lo dapat memfollownya untuk mengetahui berbagai berita terkini. Bukan hanya politik dan ekonomi, lo akan mengetahui kondisi lalu lintas dan bencana alam dengan cepat. Jadi sebelum sesuatu yang buruk terjadi, kita udah melakukan tindakan antisipatif. Oiya Twitter tu juga gudangnya orang-orang intelek bro. Di sana lo menemuin orang-orang yang ahli di bidangnya masing-masing, dari ahli pemasaran offline hingga pakar pemasaran online. Jika lo menemukan jalan buntu, mention aja mereka. Komunikasi jenis-jenis seperti inilah yang lo butuhkan.. lo ga akan istimewa kalo ga beranjak dari itu-itu aja. Dan gue rasa akhirnya lo hanya jadi manusia biasa yang ga ada istimewa-istimewanya, pan lo kan orang partai bro.. hehehehe” terangnya terkekeh sembari melumat jajan pasar yang tergeletak pasrah didepannya..
“ hahaha.. orang partai.. aaah anjing lo ah…” tonyor saya sembari mengajaknya pergi, setelah sekian lama waktu adzan menggema dari corong-corong masjid
Untuk beberapa hari saya menjadi korban dari ucapan sohib yang satu ini, rutinitas berselancar mengarungi samudra keunikan di berbagai blog dan web tetap saya lakukan, tapi minus jejaring social yang bernama Facebook. Seolah ada perang dingin antara saya dengan Facebook, dengan akad menghentikan segala rutinitas yang berkaitan dengan situs jejaring terpopuler sekolong jagat tersebut
Disatu sisi rutinitas tanpa facebook menjadikan saya sebagai pelahap tweet. Berbagai news, informasi ringan yang uptodate khusyuk saya lumati. tetapi di sisi lain, kemandulan berpikir yang berujung rasa malas untuk menulis menjangkiti saya perlahan-lahan, keinginan untuk berkreasi di lembaran-lembaran putih di program office word berada dititik nadir. Di mikro blog tersebut saya menjelma menjadi penikmat notes orang lain, sebab asyik dengan hidangan tweet orang-orang hebat, baik dari kalangan seleb, presenter, jurnalis kawakan, seniman, pemikir politik dan masih banyak yang lain.- bahkan ada sosok-sosok romantic - yang saya follow hehehe. Dari Twitter saya banyak melahap serpihan-serpihan kecil bekal hidup dan kehidupan
Benar idiom kuno mengatakan,"Banyak membaca maka akan semakin tinggi syahwat untuk merangkumnya menjadi sebuah karya tulisan". Karena diam-diam serpihan peristiwa-peristiwa kecil itu jika dirangkai kerap memunculkan inspirasi luar biasa bagi hidup keseharian saya. Dan ruang untuk mengapresiakan tersebut tak lain adalah Facebook (-karena blog saya sudah kadung usang, maka paswordnyapun sudah lenyap dari ingatan). Maka menyerahlah saya. Akun Facebook yang telah saya talak tigapun akhirnya saya sibak kembali dengan penuh rasa malu pada diri sendiri.
“Hahahaha.. jadi kuno lagi lo” sindir si kurus berkacamata itu membantai saat perselingkuhan saya dengan Facebook ketahuan. Tepatnya saat ia bertandang kerumah, maka tak khayal peluru-peluru argumentasinyapun kembali menghambur. Tak mau kalah oleh sengatan-sengatannya, adu opinipun terjadi, silat lidah sambil cekak cekik yang mengundang tanya orang-orang rumah.
Lelah berdebat, dipenghujung sayapun berujar;
“iya sih bro, gue tau kalo Facebook itu ga lebih dari jejaring sosial yang biasa-biasa aja, jauh dari kesan intelek, ga istimewa bahkan acap menjengkelkan dengan kiriman-kiriman dagangan, grup-grup temporer, aksi tipu-tipu dan lain-lain...
tapi menurut gue, sadar atau tidak Facebook merupakan satu dari sekian jalan yang lumayan efektif untuk bersosialisasi di dunia maya. intensitas keakraban jauh lebih menarik di facebook, facebook memang udah banyak ditinggalkan oleh mereka yang katanya intelek.. tapi disatu sisi lahan ekspresi di Facebook jauh lebih terbuka untuk orang-orang macam kita, karena disana eksistensi postif kita bisa lebih menukik.. disamping itu kadang ada wisdom-wisdom yang luar biasa, yang butuh menganalogikan nalar yang ga bisa dibatasi oleh secuilnya karakter. Disamping itu ada kesejajaran tanpa membedakan kelas social, semua teman bro..
Jadi kita ga hanya menjadi pendengar dan pembaca buta, seperti di twitter. bahaya ketika nalar dimatikan oleh taklid, sebab tanpa sadar itu akan mempermudah kita merasa kerdil dan tersingkir, itulah awal rapuhnya kita yang kelak membuat kita mudah disingkirkan dari riuh rendah panggung kehidupan.
Dan setau gue Zuckerberg cs juga mengakui bahwa hasil bikinannya bukan yang terhebat dalam hal jaring-jaring pergaulan. Karena jarring-jaring sosial yang hebat sebenarnya adalah orang-orang yang ada di sekitar kita. Mereka jauh lebih realistis.
kalau memang pengen eksis dalam dunia tulis menulis, kayaknya blog lebih tepat. Seperti Kompasiana misalnya. Tetapi Facebook bisa juga jadi alternative untuk ajang coba-coba menulis ide. Dan soal menjadi orang yang ga spesial, ga ada salahnya menjadi orang biasa bro, toh tidak menggurui orang lain itu jauh lebih baik dalam hubungan patnership.
Dan kelihatannya gue sangat mensyukuri “kebiasaan” gue dengan facebook. apalagi gue masih jauh dari kata sukses versi pandangan ahli keuangan. Tapi, paling tidak, gue merasa bisa survive meski hanya menjadi orang biasa. Dan gue sangat mensyukuri “kebiasaan” gue itu.
Toh menyadari tidak spesial dan tidak kelihatan intelek, biasanya membuat kita lebih mudah menjadi diri sendiri yang jauh lebih istimewa, dan orang-orang yang tidak spesial biasanya bukan tipe orang yang mudah untuk mencari alasan dengan menyalahkan keadaan ketika ia gagal menjadi spesial. Apalagi dengan menghalalkan segala cara, sampai ngoyo untuk membidik sesuatu secara berlebihan.”
Kawan sayapun terdiam, seolah runtutan kalimat-kalimat saya menohok persepsi tentang menjadi istimewa dan meluruhkan persespi kehebatan satu kontens jejaring sosial dengan membandingkan satu dengan yang lain.
Selebihnya saya berharap, lontaran-lontaran yang saya katakan diakhir debat saya dengan si kurus bisa menjadi perspektif baru tentang makna “istimewa yang Intelek” yang selama ini mungkin saya dan kawan saya itu (atau bahkan mungkin –kita) memahaminya secara acak dan parsial…
(walau acap bersimpang pemikiran, tak membuat saya dan si kurus saling bersimpang hidup apalagi berhadap-hadapan.. sampai sekarang saya masih sering bertandang untuk merecokinya dengan berbagai urusan, dari urusan dompet lelaki sampai urusan yang berat-berat, dan untuk malam itu dia telah membantai habis cadangan rokok yang saya punya.. maka puasa ngudutlah saya dibuatnya malam itu.. hehehehe)
Belum ada tanggapan untuk "TIDAK SPESIAL... TAK DOSA BRO..."
Post a Comment