ironi sebuah kota bila nasib rakyat nya tergadai
ironi sebuah kota jika anak mudanya tak lelah mencari jati diri
ironi sebuah kota jika tangis bayi tak terhenti di gendongan umi
karena susu kian mahal tak terbeli
atau minumnya dari taji bekas nasi
ironi sebuah kota bila guru menelikung karena tak cukup gaji
sementera pungutan sekolah kian meninggi
tapi gedungnya tak ubah seperti kandang sapi
ironi sebuah kota bila sang wali terus bernyanyi
bahwa ia tetap orang suci
bak kstria yang usai mandi di sungai gangga dan yamuna
sementara tidurnya dari timbunan mimpi orang-orang terbeli janji.
seragamnya munafik dan kesombangan
dan kantong uangnya dari hasil rampok mustaka mushola
atau hasil kongkalikong segenap pendukung setianya
ironi sebuah kota bila maju lagi dan terpilih kembali
akan menjadi kiamat kecil bagi pribumi kota ini
tertunduk lemah para penyanji
yang gerobaknya rusak sana sini
karena pajak kian meninggi
sementara tangis anak dan istri sudah bisa dibendung lagi
kasian sebuah kota bila semua nya terbeli
Wakil rakyatnya terbeli
KPUDnya Terbeli
Penegak Hukumnya terbeli
Camat dan pegawainya Terbeli
Lurah dan pembantu-pembantunya terbeli
ketua RT RW nya Terbeli
Kiyai dan imam Mushola tak lagi bisa mengkritisi
karena ilmu dan fatwa mereka terbeli
Dan Media massapun ikut terbeli
jika semuanya terbeli.........
Aku yakinkan kepada Mu ya Illahi...
bhw pikiran dan jiwa ini
tak akan terbeli oleh apapun, berapa pun dan oleh siapapun
mskipun beban mnyakitkan!!..
biarlah Engkau saja yang membeli nya...
No comments:
Post a Comment