
Diatas sajadah batu
sembilan puluh sembilan asma indahMu kusebut satu satu
Dalam nyanyian aku mengatur detak ketukan irama kalbu
Mengalir darah pembuluh hingga ujung syaraf kening mencium tilas penghambaan
Kelopak anggrek hutan perdu bersama bening riak kali berpacu pacu
Semua menyaksikan betapa mesra cengkerama sepi berpeluk rindu.
Diatas sajadah batu
sayap bola mata terbang lepas menyisir langit lapis tujuh.
Mengantar doa diantara berjuta partikel andromeda
Mengetuk pintu sidratil muntahaTuhan, ini aku,
bersama sebongkah cintaku yang karat karena korosi zaman
berharap tak Kau sudahi sifat Arrahman Mu kepadaku meski aku dalam kubangan jelaga.
Ku yakin ke agungan IlmuMu memancar dalam keindahan dan keadilan cinta kan menghalau keraguan jiwaku.
Sebab tak terbetik dalam lapisan proton sel hatiku berselingkuh atas namaMu.
Namun dalam kepasrahan ini bukit mana harus kudaki lagi, ngarai mana kan kujelajahi gugusan bintang yang mana lagi aku tadabburi agar kembara ketulusan cinta
tak memadamkan hasrat ku padaMu.
Wahai Al Mathin, Tuhan yang maha tersembunyi
inikah pelajaran yang kupetik dari letihnya mata sejarah, tersibak helai demi helai
nafasterengah memburu fatamorgana dari tikaman perihnya dunia
darah mengalir bukan lagi lewat pembuluh nadi tapi membasah keselasela pori-pori panca indra.
Ku sadar cahayaMu begitu sempurna untuk kurengkuh
tapi ijinkan di keharibaanMu cintaku berlabuh
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "DIATAS SAJADAH BATU"
Post a Comment